ISLAM DI INDIA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah:
Geografi Islam
Dosen Pengampu: Dr. H. Ruswan, M. A
Di susun oleh:
Ika
Rizqi Lestari (103111116)
Ircham
Mashadi (103111118)
Khafidhoh
Luthfiana (103111119)
Lailatul
Hidayah (103111120)
Latifatus
Syifa (103111121)
Mahfudz
Sazali (103111122)
Malikhah (103111123)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
ISLAM DI INDIA
I. PENDAHULUAN
India merupakan negeri dengan budaya yang
sangat tua. Ketika Islam datang ke anak benua ini, anak-anak manusia disitu
sudah beribu-ribu tahun lamanya membentuk peradaban. System kemasyarakatan,
ajaran-ajaran keagamaan, ilmu-ilmu kealaman dan kemanusiaan, ilmu perbintangan,
dan karya-karya kreatif manusia lainnya sudah sangat lama berakar di sini.
Kemampuan mereka dalam membuat peralatan pun sudah menunjukkan kemasyhuran yang
sangat tinggi.
Bangsa Arab mengenal pedang India sejak
lama sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Saif Hindi atau Saif Muhannad merupakan
sebutan bagi pedang yang sangat tajam bagi bangsa Arab sejak zaman jahiliah.
Barangkali nama Hind (Hindun) berasal dari kekaguman orang Arab kepada
kebudayaan India juga. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang Islam di India akan
dipaparkan di bawah ini.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana latar belakang masuknya Islam di India ?
B. Bagaimana kondisi social budaya setelah masuknya Islam di India?
C. Bagaimana kondisi politik di India setelah masuknya Islam ?
D. Bagaimana trend kekinian Islam di India?
III. PEMBAHASAN
A. Masuknya Islam di India
Sekitar 5000-6000 SM bangsa Dravida datang ke India dari Asia Barat dengan
kepercayaannya terhadap adanya Tuhan secara abstrak. Mereka inilah yang
dianggap pribumi asli India. Kemudian pada abad VI SM bangsa arya dari Persia
datang menguasai Punjab dan Benaras (India Utara) dengan membawa kepercayaan
adanya Tuhan secara nyata. Dasar kepercayaan bangsa arya adalah syirik. Mereka
menyembah api, bulan, matahari, angkasa, angin, patung, pohon, dan dewa-dewa.
Bangsa arya yang lebih kuat memaksa bangsa dravida untuk menganut kepercayaan
mereka. Kemudian kepercayaan ini berkembang menjadi agama brahmana (Hindu) yang
melahirkan adanya kasta-kasta. Tahun 599 SM lahir Mahawir yag mempelopori
lahirnya agama Jaina. Dasar agama ini adalah pertapaan dan meninggalkan
kemewahan. Ajaran pokok agama Jaina adalah Ahimsa (tidak hasad) dan
berlaku untuk semua makhluk. Lama kelamaan, ajaran ini melebur dalam agama Hindu.
Kemudian pada tahun 557 SM lahir Gautama Budha di Kapila Bastu kaki Gunung Himalaya
yang menjadi pelopor agama Budha.[1]
Hal ini menunjukkan bahwa wilayah India saat itu sudah mempunyai beberapa
kepercayaan.
Islam masuk ke India melalui jalur ekspedisi. Ekspedisi
muslim untuk mencapai India sebenarnya tidak dilakukan sekali saja, tetapi
terjadi beberapa kali. Pada abad 1 H, ketika umat Islam dipimpin khalifah Umar
bin al-Khattab, Islam telah masuk ke India. Ketika itu ekspedisi Arab muslim ini
dipimpin oleh Usman bin Abi al-Tsaqafi. Akan tetapi ekspedisi ini hanya sampai
ke Khurasan. Begitu pula halnya dengan pasukan yang dikirim oleh dua khulafaur
Rasyidin berikutnya bertugas untuk
menjajaki kemungkinan-kemungkinan termudah untuk memasuki India kelak.
Kesuksesan umat Islam mencapai India ditandai dengan keberhasilan Muawiyah I
merebut Lembah Sind di bawah pimpinan Muhallab
bin Abi Abi Sufrah yang maju dengan pasukan besarnya dari Basrah pada
tahun 663 M.
Ekspedisi pasukan Islam ke India berikutnya
terjadi pada zaman al-Walid, dimana Muhammad bin al-Qasim al-Tsaqaf (705 M),
yang pada waktu itu atas nama wali negeri Irak meneruskan ekspedisi Islam sebelumnya. Ada yang menyebutkan bahkan
tujuan al-Qasim ke India untuk membebaskan pedagang muslim yang dirampok oleh
kawanan perampok India, yang waktu itu berada dalam perlindungan raja Dahar.
Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa dia ke India waktu itu adalah karena
diutus oleh khalifah di Damaskus (al-Walid) untuk memadamkan pemberontakan yang
dilakukan oleh Zahir bin Shasha, wali negeri Sind. Setelah al-Qasim berhasil
memadamkan kudeta yang dilancarkan oleh Zahir bin Shasha itu, al-Qasim kemudian
diangkat menjadi wali Negara Sind tersebut. Ketika Islam mulai memasuki wilayah
India baik pada periode pertama masa Umayah maupun Abbasiyah, karakteristik
sosial, budaya, politik, dan agama masih menunjukkan hal yang sama. Setiap
daerah memiliki tokoh yang memegang otoritas wilayah dengan segenap
wewenangnya. Perlahan tapi pasti, Islampun menjadi agama yang banyak dianut
oleh penduduk India. [2]
Ketika pemerintahan umat Islam berpindah ke
dinasti Abbasiyah, dinasti ini pun juga melakukan ekspansi ke India, yaitu pada
masa khalifah al-Mansyur (760 M), dia mengutus Panglima Hasyim bin Amru
al-Tighlabi bersama pasukan dari Baghdad untuk memadamkan pemberontakan wali
negeri Sind, yaitu Uyaimah bin Musa. Hal yang sama juga dilakukan oleh Lakamana
Abdul Malik bin Syihab al-Masmai pada masa pemerintahan khalifah al-Mahdi, ia
berhasil merebut bandar Veraval, Khatiawar. Sedang angkatan daratnya merebut
bandar Gujarat, bandar Broaeh dan menumbangkan
dinasti Maitraka (766 H). meskipun sudah dilakukan beberapa ekspansi
oleh umat Islam tetapi hal tersebut belum mampu mancapai pusat kekuasaan negeri
India tersebut.[3]
B. Kondisi sosial budaya di India setelah masuknya Islam
1. Sosial
Sebelum terpecah menjadi India, Pakistan dan Bangladesh
Anak Benua India adalah sebuah wilayah yang terletak di kawasan Asia Selatan
yang mencakup luas kira-kira 2075 mil dari utara ke selatan dan 2120 mil dari
timur ke barat. Di sebelah utara, wilayah ini berbatasan dengan Tibet (China)
dan Afghanistan, di sebelah selatan berbatasan dengan Laut (Samudera
Indonesia), di sebelah timur berbatasan dengan Burma, dan di sebelah barat
berbatasa dengan Persia (Iran).
Kondisi ekonomi rakyat secara keseluruhan dapat
dikatakan makmur. Rakyat berada dalam kondisi sejahtera dan segala kebutuhan
tercukupi. Pertanian merupakan pekerjaan utama rakyat setempat. Dan Negara
mendorong tumbuhnya industry. Bangle dan Gujarat terkenal sebagi produsen dan
pengekspor barang-barang tekstil kapas.
India mempunyai pusat-pusat perdagangan yang
terkenal antara lain Deibul, Pantai Malabar, Pannati Karamandel termasuk Ceylo,
Madura, Saptaagram, Chittagong, Samundar dan Akyab. Jauh sebelum Islam datang,
India sudah dikenal oleh para pedagang
sebagai tempat persinggahan. Mereka membawa barang daganagn dari India berupa
hasil bumi, hasil industry tekstil (pakaian tenun, kain woll, kain muslin, dan
kain sutera), hasil industry pewarna dan tinta, industry gula, tembaga, batu
dan batu bata dan industry kertas.
Mata uang yang berlaku di India adalah Rupee (Rs). Nilai
tukar rupee terhadap rupiah kurang lebih 1 rs senilai dengan Rp 180. Pecahan
mata uang terbesar adalah 1000 rupee dan jarang di temukan di peredaran.
Islam mengajarkan dunia tentang persaudaran
yang universal. Dalam islam seorang budak pada hari ini dapat menjadi raja
dikemudian hari, dengan syarat ia memiliki kemampuan yang diperlukan. Sebelum
Islam masuk masyarakat terbagi kedalam beberapa kasta, tetapi setelah Islam
masuk kondisi tersebut berangsur-angsur berubah.
2. Kondisi budaya di India
a. Ilmu pengetahuan
Dalam bidang ilmu pengetahuan, hubungan Islam
dengan India terjalin dengan baik dan terjadi pertukaran budaya antara
keduanya. Banyak buku India yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada abad ke-8
M. Pada saat itu para ilmuan Arab dikirim ke India untuk mempelajari ilmu-ilmu
yang ada di India. Dilain pihak ilmuan-ilmuan India diundang ke Baghdad supaya
para ilmuan Arab mengenal ilmu-imu yang ada di India.[4]
Dalam dunia intelektual juga mendapatkan
masa-masa kecemerlangannya. Studi-studi bidang yang dianggap keilmuan “non
agama” seperti logika, filsafat. Geometri, geografi, sejarah, politik dan
matematika digalakkan. Pada zaman pemerintahan Mughal dipimpin oleh Syah Jahan dan Aurangzeb, mereka membangun
sekolah-sekolah tinggi seperti madrasah Deoband.[5]
b. Seni dan bangunan
Bangunan-bangunan yang didirikan oleh sultan
antara lain: istana kerajaan, benteng, masjid, tugu orang-orang besar,
perlindungan bagi orang-orang miskin. Dalam rancangan bangunannya, merupakan
campuran gaya Siria, Bizantium, Mesir, dan Iran. Sedangkan detilnya Hindu,
Jaina atau Budha. Kontak antara Islam dan Hindhu menghasilkan evolusi gaya yang
kadang-kadang disebut Indo-Muslim adalah arsitektur Muslim yang menampilkan
detil sifat-sifat tertentu dari seni bangunan Hindu. Semakin banyak ahli muslim
memasuki India, pengaruh Hindu semakin berkurang sedikit demi sedikit.[6]
Di masa pemerintahan Islam di India, Mughal,
muncul hasil karya yang indah. Para penguasanya banyak yang menyukai keindahan.
Itu terlihat misalnya pada sikap mereka terhadap sepak terjang dalam dunia
arsitektur. Dalam kaitannya denagn karya seni arsitektur inilah, dengan sintesa
yang dilakukannya, berdirilah bangunan Fetehpur Sikri di Sikri Lae Qila dan
masjid Jama di Delhi, makam Jahangir dan Taman Shalimar di Lahore serta taj
Mahal fdi Agra, bangunan yang indah dan megah yag hingga kini masih sering
dikunjungi wisatawan dari berbagai Negara.
Dalam bidang seni muncul sejumlah karya penyair
seperti Urfi, Naziri dan Zunuri menduduki posisi-posisi tinggi dalam sejarah
ouisi Persia. Bidang seni lukis juga berkembang, sekurang-kurangnya terdapat
tiga wilayah yang menjadi pusatnya, yaitu Anjata (seni lukis murni Hindu),
Delhi dan Jaifur (gaya campuran muslim hindu dengan pengaruh-pengaruh dominan
Persia dan Asia Tengah serta Eropa).[7]
c. Bahasa
Pada zaman Dinasti Ghaznawi dan Ghuri, para
sultan berbahasa Turki di Istana, sedangkan di kantor berbahasa Persi. Para
tentara, ketika berbelanja ke pasar mengalami kesulitan (masyarakat memakai
bahasa Prakrit dan Sanskerta) akhirnya lahir bahasa baru yaitu Urdu sedangkan pengaruh
Islam dalam bahasa Sanskerta melahirkan bahasa Bangla.
Di era modern, bahasa Inggris dijadikan sebagai bahasa utama
yang banyak dipakai di India. Meskipun Bahasa Hindi adalah bahasa nasional
negara ini. Hampir setiap orang bisa berbahasa Inggris meskipun dengan aksen
yang cepat dan aneh.
C. Kondisi Politik di India
Khalifah adalah pewaris Nabi saw. pemimpin
masyarakat, penglima perang, pelindung, dan pelayan umat Islam. Ia memiliki dua
kekuasaan, politis dan spiritual, namun tidak membuat undang-undang baru.
Khalifah adalah kekuasaan politik yang selain memiliki daerah kekuasaan sendiri
juga mempunyai kekuasaan spiritual di Negara-negara Islam di seluruh dunia yang
jauh dari pusat dan tidak mungkin dapat dipimpin langsung oleh khalifah.
Pada periode Dinasti Ghazni dan Ghuri tidak
terdapat/dikenal hukum yang mengatur pergantian pemimpin. Sering seorang Sultan
ditentukan dengan pemilihan, tetapi kadang-kadang Sultan yang sedang berkuasa menentukan
sendiri calon penggantinya. Pemilihan seorang sultan secara luas tergantung
pada para bangsawan yang biasanya memilih berdasarkan tingkat kelayakan pribadi
terhadap kepentingan Negara.
Para hakim Islam mempercayai kekuasaan hukum
Syari’at (hukum Islam) dan berpedoman bahwa hukum tersebut abadi dan tidak
dapat diubah secara mendasar. Struktur hukum umat Islam dibangun atas dasar Al-Qur’an
dan Hadits. Pemimpin yang ditunjuk dan diterima oleh umat Islam ketika itu
adalah khalifah yang merupakan hakim dan penguasa tertinggi dalam dunia Islam.
Perwakilan khalifah di India adalah Sultan yang menerima pelimpahan
kekuasaannya. Sultan adalah orang yang
paling penting untuk melaksanakan dan mengartikan hukum di kerajaan.
Meskipun sultan adalah penegak hukum yang
utama, namun ia tidak dapat melawan hukum yang sudah berjalan. Ia hanya bebas
membuat keputusan sendiri ketika terjadi ketidaksetujuan di kalangan para
hakim. Ia memiliki kekuasaan untuk membuat senua peraturan sipil dan politik
untuk kepentingan umum tetapi tidak dapat menentang hukum syari’at dalam
pengesahannya. Supremasi hukum syari’at inilah yang banyak membuat salah
pengertian bahwa Negara muslim India berbentuk teokrasi, yang sebenarnya
tidaklah demikian.
Sultan memiliki dewan (council) penasihat di
mana ia meminta pertimbangan atas masalah-masalah penting yang berkaitan dengan
Negara. Tetapi saran dari dewan tidak mengikatnya. Ia boleh menerima atau
menolaknya. Pegawai tertinggi di pemerintahan pusat adalah wazir dan departemennya disebut Diwan-e-Wazirat yang
terorganisasi dengan sangat baik semasa pemerintahan kesultanan Delhi maupun
sebelumnya (masa dinasti Ghazni dan Ghuri). Wazir memiliki seorang
asisten yang disebut Naib-e-wazir. Dia memiliki dua pegawai penting lain
yang disebut Mushrif-e-Mumalik (Akuntan Publik)dan Mustaufi-e-Mamalik
(Auditor Publik). Keduanya menempati tingkatan kementrian dan memiliki
hubungan langsung dengan Sultan.
Beberapa departemen lain yang penting antara
lain Diwan-e-Risalat (masalah keagamaan, lembaga amal, gaji untuk
penerima beasiswa dan orang-orang mulia), Diwan-e-Arz (kemiliteran), dan
Diwan-e-Insha (hubungan
kebangsawanan). Di samping ini terdapat departemen-departemen lain.
Masing-masing memiliki tempat sendiri yang terdiri dari sekretaris yang dibantu
beberapa juru tulis dan pegawai di bawahnya.
Pengadilan/Kehakiman biasanya diatur oleh
kepala Qazi (Qaziul Quzat) yang membantu Mufti menjelaskan hokum.
Semua kota-kota penting memiliki seorang Qazi untuk mengatur kehakiman. Hukuman sangat keras
diberikan kepada kasus-kasus criminal. Sumber pendapatan terutama berasal dari
pajak tanah yang disebut Kharaj, Zakat, Jizya, Ghanimah (harta rampasan
perang), bahan tambang, kegiatan dagang dan harta warisan. Selain itu, ada
pajak lain yaitu pajak rumah, pajak taman, pajak air, dan lain-lain. Pajak dibayar
dengan uang atau barang.[8]
Pemerintahan India (Hindi: भारत सरकार Bhārat Sarkār) didirikan
oleh Konstitusi India :
Yohanes Octa, dan memerintah
sebagai uni federal 28 negara bagian dan 7 teritori
persatuan. India menerima
yurisdiksi International Court of Justice. Pemerintah terdiri dari tiga cabang: eksekutif, legislatif
dan yudikatif. Cabang eksekutif dipimpin oleh Presiden, yang adalah Kepala Negara dan menjalankan kekuasaannya secara langsung atau melalui
petugas bawahan kepadanya. Cabang Legislatif atau Parlemen terdiri dari majelis
rendah, Lok Sabha,
dan majelis tinggi, Rajya Sabha, serta presiden. Cabang Yudisial memiliki Mahkamah Agung pada puncaknya, 21 Pengadilan
Tinggi, dan banyak pengadilan perdata, pidana dan keluarga di tingkat
kabupaten. India adalah demokrasi terbesar di dunia.[9]
D.
Tren Kekinian Islam di India
Islam adalah agama terbesar
kedua di Republik India
setelah Hindu,
dengan lebih dari 13,4% penduduk negara tersebut (lebih dari 138 juta per 2001
sensus dan 160.900.000 per 2009 estimasi) menyebut diri sebagai Muslim. India
merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar ketiga di dunia dan populasi
terbesar di dunia bagi Muslim-minoritas. Sebagian besar penduduk Muslim adalah
berasal dari lokal dengan tidak terdeteksi atau kecil pada tingkat nyata dari
aliran gen dari luar, terutama dari Iran dan Tengah Asia, bukan langsung dari Semenanjung Arab. [10]
Secara keagamaan, mayoritas sunni dibagi
menjadi 2 aliran : aliran deoband dan Bareilvi, yang terletak di daerah
pemusatan muslim Uttar Pradesh barat laut, yang merupakan kedudukan
universitas-universitas Islam terkenal. Dua gerakan keagamaan muslim
kontemporer mempengaruhi kehidupan muslim di India : Jama’at-e-Islami (berpusat
di Delhi dan wilayah perhatian meluas ke hampir seluruh masalah yang dihadapi
oleh sekelompok masyarakat muslim) dan jamaat Tabligh (juga berpusat di Delhi,
perhatiannya lebih terpusat pada sikap hidup, menarik diri dari semua persoalan
kecuali ibadah dan memusatkan pada kesejahteraan spiritual muslim).[11]
Saat ini, di India sedang mengalami
pertentangan antar kelompok Muslim utama di wilayah tengah India, Perbedaan pemahamanlah yang memperbesar
keretakan antara dua kelompok ini, hal ini dilatar belakangi karena satu sama
lain saling melarang pengikutnya shalat di masjid pihak lain. Kelompok Barelvis
di India mengikuti praktek-praktek sufi. Mereka berpikir, diri mereka lebih
dekat dengan Nabi Muhammad. Mereka sering mengunjungi makam orang-orang soleh
dan beberapa orang bahkan menyembah mereka," kata seorang ulama di
Chhattisgarh, Mohamed Abdullah. Sementara
di sisi lain, Deobandis menentang praktik sufi dan pemujaan yang berlebihan
kepada Nabi Muhammad."
Keretakan
telah melebar
antara pengikut Barelvi dan Deoband di Madhya Pradesh dan Chhattisgarh di
India tengah. Selain melarang pengikutnya shalat di masjid pihak lain, sejumlah
tokoh bahkan melarang pengikutnya mengikuti upacara penguburan orang yang
berbeda aliran.
Mereka (Deobandis) terutama menentang beberapa praktek Barelvi seperti membangun kuburan permanen, merayakan Maulud Nabi dan mengunjungi orang-orang soleh untuk berdoa," kata Abdullah. Ini telah menciptakan keretakan antara kedua kelompok dan mereka tidak siap untuk menerima satu sama lain dan berjuang untuk masalah sepele."
Mereka (Deobandis) terutama menentang beberapa praktek Barelvi seperti membangun kuburan permanen, merayakan Maulud Nabi dan mengunjungi orang-orang soleh untuk berdoa," kata Abdullah. Ini telah menciptakan keretakan antara kedua kelompok dan mereka tidak siap untuk menerima satu sama lain dan berjuang untuk masalah sepele."
Para ulama dan aktivis mengkritik melebarnya jurang
antara dua kelompok Muslim. Cara mereka shalat mereka sama dan mereka
dimakamkan di kuburan yang sama. Tidak ada aturan dari kuburan yang terpisah
untuk Barelvi dan Deobandi.[12]
Kebudayaan India saat ini adalah budaya
India-Tradisional namun Kontemporer (tidak kaku sehingga mampu bertahan dalam
kebanggaan pada masa modern). Meliputi :
a. Budaya India-Ucapan
Salam, Namaste adalah ucapan
salam untuk menyapa pendatang dan orang yang lebih tua. Kedua telapak tangan
ditangkupkan dan diangkat hingga ke bagian bawah wajah. Salam ini bukan sekadar
menunjukkan penghormatan, melainkan juga membuat pendatang merasakan keakraban.
Ucapan “halo” atau “hai” tidak akan dapat menggantikannya.
b. Budaya India - Karangan Bunga, menyambut tamu dengan karangan bunga adalah juga merupakan budaya India.
Dalam upacara perkawinan, pertukaran karangan bunga antara pengantin laki-laki
dan perempuan merupakan ritual wajib. Dalam ibadah mereka, orang juga
mempersembahkan karangan bunga kepada dewa dewi.
c. Budaya India – Perkawinan, budaya India percaya bahwa perkawinan bukan sekadar lembaga yang menyatukan
laki-laki dan perempuan, melainkan juga menyatukan dua keluarga. Oleh karena
itu, budaya India yang diperlihatkan melalui upacara perayaan perkawinan selalu
ramai dengan musik dan tari-tarian. Di India, setiap kasta dan komunitas
memiliki tradisi sendiri berkaitan dengan ritual perkawinan.
d. Budaya India – Busana, cara berbusana juga merupakan salah satu budaya India yang tetap dipelihara
oleh masyarakatnya. Kecantikan perempuan India tampak dari pakaian yang mereka
kenakan. Pakaian tradisional India, yakni sari, sangat dikenal di seluruh
dunia. Sari dikenakan dengan blus yang menutup bagian atas tubuh. Dalam budaya India,
tanpa aksesoris penampilan seorang perempuan belumlah lengkap. Dari anting,
anting hidung, gelang, kalung, hingga gelang kaki, perhiasan khas India memberi
apa pun yang dibutuhkan perempuan untuk menambah kecantikannya.
e. Budaya India – Mehndi. Mehndi atau henna adalah
sejenis pasta yang dipakai perempuan untuk membuat desain-desain tertentu di
telapak tangan tangannya. Mehndi, yang di Indonesia disebut inai
atau pacar, dipakai pada kesempatan khusus, seperti pertunangan, perkawinan,
atau perayaan lain. Pasta mehndi dibubuhkan di telapak tangan dan dibiarkan
selama beberapa jam atau semalaman hingga benar-benar kering.
f. Budaya India – Agama yaitu Hindu, Islam, Sikh, Kristen, Buddha, Jain atau
Zoroaster; semua agama dapat dijumpai di India. India merupakan negara sekuler
dan budaya India membebaskan setiap warga negara untuk memilih agama tertentu.
Lebih dari dua pertiga penduduk India merupakan pemeluk Hindu dan tempat-tempat
ziarah Hindu dapat dijumpai di setiap bagian negeri.
g. Budaya India - Seni Pertunjukan meliputi : Tari, drama, teater,
dan musik India memiliki keunikan masing-masing. Pada budaya India, agama,
mitologi, dan literatur klasik merupakan basis bagi seni pertunjukan. Tarian
klasik India, seperti Bharatnatyam, Kathakali, Kathak, Manipuri,
Odissi, dan Kuchipudi mengikuti aturan-aturan natya
shastra, mitologi, dan literatur klasik seperti epik Ramayana
dan Mahabharata.
IV. KESIMPULAN
Islam masuk ke India melalui jalur ekspedisi.
Ekspedisi muslim untuk mencapai India sebenarnya tidak dilakukan sekali saja,
tetapi terjadi beberapa kali. Pada abad 1 H, ketika umat Islam dipimpin
khalifah Umar bin al-Khattab, Islam telah masuk ke India. Ekspedisi pasukan Islam ke
India berikutnya terjadi pada zaman al-Walid, dimana Muhammad bin al-Qasim
al-Tsaqaf (705 M), yang pada waktu itu atas nama wali negeri Irak meneruskan ekspedisi Islam
sebelumnya. Ketika pemerintahan umat Islam berpindah ke dinasti Abbasiyah,
dinasti ini pun juga melakukan ekspansi ke India, yaitu pada masa khalifah
al-Mansyur (760 M), dia mengutus Panglima Hasyim bin Amru al-Tighlabi bersama
pasukan dari Baghdad untuk memadamkan pemberontakan wali negeri Sind, yaitu
Uyaimah bin Musa. Hal yang sama juga dilakukan oleh Lakamana Abdul Malik bin
Syihab al-Masmai pada masa pemerintahan khalifah al-Mahdi, ia berhasil merebut
bandar Veraval, Khatiawar. Meskipun sudah dilakukan
beberapa ekspansi oleh umat Islam tetapi hal tersebut belum mampu mancapai
pusat kekuasaan negeri India tersebut.
Sebelum terpecah menjadi India, Pakistan dan Bangladesh Anak Benua India adalah sebuah wilayah yang
terletak di kawasan Asia Selatan yang mencakup luas kira-kira 2075 mil dari
utara ke selatan dan 2120 mil dari timur ke barat. Di sebelah utara, wilayah
ini berbatasan dengan Tibet (China) dan Afghanistan, di sebelah selatan
berbatasan dengan Laut (Samudera Indonesia), di sebelah timur berbatasan dengan
Burma, dan di sebelah barat berbatasa dengan Persia (Iran).
Budaya di India anatra lain: dalam bidang ilmu
pengetahuan, hubungan Islam dengan India terjalin dengan baik dan terjadi
pertukaran budaya antara keduanya. Bangunan-bangunan yang didirikan oleh sultan
antara lain: istana kerajaan, benteng, masjid, tugu orang-orang besar,
perlindungan bagi orang-orang miskin. Dalam bidang seni muncul sejumlah karya
penyair seperti Urfi, Naziri dan Zunuri menduduki posisi-posisi tinggi dalam sejarah
ouisi Persia. Bahasa Inggris
dijadikan sebagai bahasa utama yang banyak dipakai di India.
Politik di India yaitu pemerintah terdiri dari tiga cabang:
eksekutif, legislatif dan yudikatif. Cabang eksekutif dipimpin oleh Presiden Cabang Legislatif atau Parlemen Cabang Yudisial memiliki Mahkamah Agung. India adalah demokrasi terbesar di
dunia.
Islam adalah agama terbesar
kedua di Republik India
setelah Hindu,
dengan lebih dari 13,4% penduduk negara tersebut (lebih dari 138 juta per 2001
sensus dan 160.900.000 per 2009 estimasi) menyebut diri sebagai Muslim. India
merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar ketiga di dunia dan populasi
terbesar di dunia bagi Muslim-minoritas.
Saat ini, di India sedang mengalami
pertentangan antar kelompok Muslim yaitu Kelompok Barelvis di India yang mengikuti
praktek-praktek sufi dengan kelompok Deobandis yang menentang praktik sufi dan
pemujaan yang berlebihan kepada Nabi Muhammad. Perbedaan pemahamanlah yang
memperbesar keretakan antara dua kelompok ini.
V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat
untuk pembaca dan pemakalah khususnya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dan kekeliruan dalam penyusunan makalah ini. Sehingga kami mohon kritik dan
saran dari para pembaca yang dapat memberikan pelajaran yang berharga bagi
pemakalah.
DAFTAR PUSTAKA
Fu’adi, Imam,
Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Yogyakarta: Teras, 2012.
Karim, M.
Abdul, Sejarah Islam di India, Yogyakarta: Bunga Grafies Production,
2003
Ketani,
M. Ali, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2005.
Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung
: Pustaka Setia, 2008.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_India, diakses pada hari selasa, 21 Mei 2013 jam. 09.40
[1]M. Abdul Karim, Sejarah Islam di India, (Yogyakarta: Bunga
Grafies Production, 2003), hlm. 3-4
[2] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka
Setia, 2008), hlm. 300-301
[3] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta:
Teras, 2012), hlm. 241-242
[4] M. Abdul Karim, Sejarah Islam di India, hlm. 57
[5] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II,
hlm. 254-255
[6] M. Abdul Karim, Sejarah Islam di India,, hlm. 60
[7] Imam Fu’adi, Sejarah
Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, hlm. 256-257.
[8] M. Abdul Karim, Sejarah Islam di India, hlm. 48-52
[9] http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_India, diakses pada hari selasa, 21 Mei
2013 jam. 09.40
[10] http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_India
diakses pada hari selasa, 21 Mei 2013 pada jam 09.35
[11] M. Ali Ketani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, hlm.
169-170
[12] http://muslimdaily.net/berita/internasional/pertentangan-antar-kelompok-islam-di-india-kian-mengkhawatirkan.html#.UZrbTJhQrMw,
diakses pada hari selasa, 21 Mei 2013 jam. 09.30